Selasa, 21 September 2010

MODEL KOMUNIKASI INTERAKSIONAL

            Model interaksional berpandangan bahwa komunikasi sebagai pertukaran makna dengan adanya umpan balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Model ini menekankan pada proses komunikasi dua arah, dari pengirim ( komunikator ) kepada penerima ( komunikan ) dan juga sebaliknya dari penerima ( komunikan ) kepada pengirim ( komunikator ). Dengan adanya komunikasi dua arah, maka seorang komunikator dapat menjadi komunikan, dan juga sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator. Berbeda dengan model linear yang hanya menekankan pada proses komunikasi satu arah, yaitu pesan dikirim melalui pengirim kepada penerima melalui saliran. Dalam model interaksional komunikasi bagaikan sebuah proses yang melingkar, sehingga menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Komponen penting sekaligus perbedaan mendasar terhadap model linear dalam model interaksional adalah umpan balik ( feedback ). Umpan balik dapat berupa verbal atau pun nonverbal. Sebagai contoh Ani adalah teman sekelas Beni, dan mereka berdua tergabung dalam sebuah kelompok untuk mengerjakan mata kuliah ekonomi. Saat hari dimana kelompok mereka harus presentasi, Beni tidak hadir tanpa keterangan yang jelas. Padahal Beni bertugas membuat power point untuk presentasi. Ketidakhadiran Beni membuat presentasi menjadi kacau dan akhirnya batal. Kemudian keesokan harinya Ani menegur Beni dengan nada yang marah, melimpahkan semua kesalahan kepada Beni tanpa mau mendengar penjelasan Beni terlebih dahulu. Lalu Beni meminta maaf kepada Ani atas perbuatannya, dan ia pun mencoba menjelaskan alasan logis mengapa ia tidak hadir saat presentasi. Namun Ani tidak peduli dengan segala alasan yang Beni lontarkan, melihat tanggapan Ani yang semakin ketus, maka Beni menjadi naik darah sehingga nada bicaranya meninggi. Mendengar jawaban Beni dengan nada membentak membuat Ani semakin marah, kemudian pergi meninggalkan Beni dengan emosi meluap-luap. Melihat Ani pergi begitu saja tanpa adanya penyelesaian terhadap masalah tersebut, membuat Beni semakin marah hingga ia menendang kursi.
            Dari contoh proses komunikasi yang dilakukan antara Ani dan Beni di atas, menunjukkan bahwa terjadi komunikasi dua arah. Ani yang pada awalnya sebagai komunikator dan Beni sebagai komunikan, kemudian berubah ketika Beni memberikan umpan balik terhadap perkataan Ani. Sehingga Beni berubah menjadi komunikator dan Ani sebagai komunikan. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya Ani mengakhiri percakapan dengan pergi meninggalkan Beni. Jika dalam model linear, maka proses komunikasi hanya pada saat Ani menegur Beni dengan nada marah. Tanpa adanya umpan balik. Beni yang berusaha meminta maaf dan menjelaskan alasan logis mengapa ia tidak hadir saat presentasi, merupakan umpan balik dalam bentuk verbal, yaitu berupa kata-kata. Sedangkan tindakan Ani meninggalkan Beni dengan emosi meluap-luap merupakan umpan balik dalam bentuk nonverbal, yaitu menekankan pada bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Umpan balik juga membantu komunikator untuk mengetahui apakah pesan telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Karna tujuan orang berkomunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna pesan. Sehingga dengan umpan balik maka dapat diketahui sejauh mana tingkat kesamaan makna pesan. Dalam model interaksional kedudukan pengirim dan penerima pesan sederajat.
            Bidang pengalaman ( field of experience ) seperti latar belakang budaya, keturunan, dapat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam model interaksional dua orang yang memiliki bidang pengalaman yang berbeda, berhubungan satu sama lain, dan memiliki pemahaman akan bidang pengalaman satu sama lain. Sedangkan dalam model transaksional dua orang yang berhubungan tidak hanya memahami bidang pengalaman satu sama lain, namun lebih dalam yaitu mengintegrasikan bidang pengalaman masing-masing kedalam kehidupan mereka.
            Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai sebuah sistem. Hubungan interpersonal merupakan hubungan antar pribadi, yang terjadi antara dua orang. Sedangkan pengertian sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan ( C.W. Churchman ); sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan (L. James Havery ) . Dalam sebuah sistem terdapat berbagai sub sistem atau komponen yang saling terkait dalam satu kesatuan guna untuk mencapai kepentingan bersama. Dalam hubungan interpersonal komponen atau sub sistem penting adalah bidang pengalaman masing-masing individu. Latar belakang budaya, pengalaman, keturunan, pendidikan, pengetahuan, cara pandang, cara berkomunikasi, cara menyikapi masalah yang dimana semua hal tersebut sebagai komponen dalam hubungan interpersonal berhubungan erat satu sama lain, sehingga jika dapat terkoordinasi dengan baik, maka tujuan hubungan interpersonal dapat tercapai dengan baik. Semakin baik sebuah hubungan interpersonal maka efektivitas komunikasi akan semakin baik pula. Dimana efektivitas komunikasi tersebut tampak dalam semakin terbukanya masing-masing individu dalam hubungan interpersonal. Contoh hubungan interpersonal sebagai sebuah sistem, Galih dan Ratna menjalin hubungan interpersonal sebagai sepasang kekasih. Latar belakang budaya Galih adalah seorang laki-laki Batak, yang terlahir sebagai anak sulung dengan banyak saudara kandung. Sedangkan Ratna adalah seorang wanita Jawa, yang terlahir sebagai anak tunggal. Karena Galih adalah orang Batak, perkataannya sering kali terkesan kasar, dengan nada bicara yang tinggi, sedangkan Ratna sebagai orang Jawa cenderung lembut. Galih yang memiliki banyak saudara kandung, membuat Galih menjadi seseorang yang suka berbagi dan tidak egois,sehingga ia lebih dewasa dalam memandang dan menyikapi masalah. Sedangkan Ratna sebagai anak tunggal cenderung egois karena terbiasa dengan keadaan yang serba ada dan tidak berbagi dengan adik atau kakaknya, sehingga dalam memandang dan menyikapi masalah cenderung lebih kekanak-kanakan. Dari penjelasan latar belakang tersebut, Ratna terkadang menyalahartikan perkataan Galih yang terdengar ketus sehingga menyebabkan pertengkaran dan kesalahpahaman. Saat terjadi konflik antara mereka berdua Galih cenderung lebih tenang dalam menyikapinya dan berusaha mencari jalan tengah dalam masalah tersebut, namun Ratna cenderung lebih meledak-ledak, dan menunda-nunda untuk segera menyelesaikan masalah. Dari contoh tersebut tampak bahwa latar belakang budaya mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan orang lain, Galih yang berbicara dengan nada tinggi dan kasar, sedangkan Ratna yang berbicara dengan nada lembut. Latar belakang keturunan mempengaruhi cara pandang dan cara menyikapi masalah,  Galih lebih dewasa sedangkan Ratna lebih kekanak-kanakan. Jika setiap komponen yang saling terkait dalam hubungan interpersonal antara Galih dan Ratna dapat dikoordinasikan dengan saling memahami bidang pengalaman masing-masing dengan baik, maka tujuan bersama dalam hubungan interpersonal akan tercapai, yaitu keutuhan hubungan.

Sumber buku : Richard West dan Lynn H. Turner, PENGANTAR TEORI KOMUNIKASI Edisi 3 Analisis dan Aplikasi Buku 1.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar